Story Character of development

DI BALIK SIKAP KERAS AYAH

Ketika Anda masih kecil, ibulah yang lebih sering mendongeng untuk Anda. Tapi, tahukah Anda bahwa sepulang bekerja dengan wajah lelah, yang pertama kali ditanyakan ayah kepada ibu adalah kabar Anda dan apa yang Anda lakukan seharian?
Ketika Anda belajar naik sepeda dimasa kanak-kanak, ayah akan melepaskan roda bantu di sepeda Anda, dan ibu akan khawatir, jika anda terjatuh. Tapi tahukah Anda, bahwa itu ayah lakukan itu karena dia yakin bahwa anak kesayangannya pasti bisa melakukannya?
Ketika Anda merengek meminta mainan baru, ibu menatap Anda dengan iba, tapi ayah berkata dengan tegas, “Tidak sekarang!” Tapi tahukah Anda, bahwa hal itu mendidik Anda menjadi anak yang tidak manja lantaran tidak semua keinginan Anda terpenuhi dengan segera?
Ketika Anda sakit pilek, ibu merawat dan memberikan perhatian ekstra pada Anda. Tapi, ayah justru membentak, “Sudah dibilang jangan suka minum es!”. Tapi tahukah Anda, bahwa sebenarnya ayah sangat mengkhawatirkan Anda?
Ketika Anda beranjak remaja dan menuntut untuk mendapat izin keluar malam, ayah akan sering membentak dan melarang. Tahukah Anda bahwa ayah melakukan itu karena ia sangat ingin menjaga Anda?
Ketika Anda mulai berlama-lama menelpon atau menerima telepon dari seseorang, ayah akan berada di sekitar Anda dan mendengarkan pebicaraan Anda dan teman Anda d telepon. Tahukah anda, bahwa rasa ingin tahu ayah akan teman special Anda, di sebabkan ia ingin memastikan bahwa anaknya memilih teman istimewa yang tepat?
Ketika Anda lulus SMA, ayah kan memaksa Anda menjadi dokter insiyur. Tapi, tahukah Anda bahwa itu semata-mata karena ayah sangat memikirkan masa depanmu? Dan toh ayah akan tetap tersenyum dan mendukung anda saat pilihan Anda tidak sesuai keinginannya.
Ketika anda harus berkuliah di luar kota, ayah harus melepasmu di bandara. Tahukah anda bahwa pada saat itu badan ayah terasa kaku untuk memelukmu?
Ketika itu, ayah hanya tersenyum sambl memberi nasihat ini-itu, dan menyuruh Anda untuk berhati-hati. Padahal ayah ingin sekali menangis seperti ibu, dan memeluk Anda erat-erat. Yang ayah lakukan hanya menghapus sedikit airmata di sudut matanya, dan menepuk pundak anda, sambil berkata “Jaga dirimu baik-baik, ya.” Tahukah Anda, bahwa ayah melakukan itu agar anda kuat dan dewasa?
Ketika anda membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari anda, ayah adalah orang pertama yang akan mengerutkan kening. Tapi tahukah Anda, bahwa ayah akan bekerja keras untuk bisa mengirimkan sejumlah uang yang anda butuhkan, agar anda bisa merasa sama dengan teman-teman anda di kampus?
Ketika Anda di wisuda, ayah adalah orang pertama yang akan berdiri dan memberi tepuk tangan untuk anda.
Ketika anda memilih pasangan hidup, ayah adalah orang pertama yang yakin bahwa Anda telah memilih pasangan yang tepat.
Ketika anda duduk di pelaminan, ayah akan tersenyum bahagia. Tapi tahukah anda bahwa dalam hati kecilnya, ayah merasa ‘kehilangan’ anak kesayanagnya?
Setelah itu ayah hanya bisa menuggu kedatangan Anda bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Dengan rambut yang telah dan semakn memutih dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya, ayah telah menyelesaikan tugasnya.
Ayah adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat, bahkan ketika ia tidak kuat untuk tidak menangis. Ia harus terlihat tegas, bahkan ketika ia ingin sekali memanjakanmu. Ia adalah orang pertama yang selalu yakin, bahwa “Anda Bisa” dalam segala hal.










LAMPU MERAH DAN KESEDIHAN

Dari kejauhan, lampu lalu lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jack segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lenggang. Lampu berganti kuning. Hati Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.
Priiit! Di seberang jalan, seornag polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jack menepikan kendaraanny agak menjauh sambil mengupat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing.
Hey, itu khan Bob, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jack agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.
“Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”
“Hai, Jack,” jawab Bob tapa senyum.
“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri saya sedang menunggu di rumah.”
“Oh ya?” Tampaknya Bob agak ragu.
Nah, bagus kalau begitu. “Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan ank-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”
“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintas lampu merah di persimpangan ini.”
O-o, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jack harus ganti strategi.
“Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.” Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.
“Ayo dong Jack. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluakan SIM-mu.”
Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Bob menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Bob mengetuk kaca jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Aha, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bob kembali ke posnya.
Jack mengambil surat tilag yang diselipkan Bob di sela-sela kaca jendela.
Tapi, hei apa ini. Ternyata SIM-nya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-bur Jack membuka nota yang berisi tulisan tangan Bob.

Hallo Jack,
Tahukah kamu, Jack, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Saying, ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah.
Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas ia bsa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha da berharap agar Tuhan berkenan mengaruniai seorang anak agar dapat kami peluk.
Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku, Jack. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah.
Bob

Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bob. Namun, Bob sudah meninggalkan pos jaganya entah ke mana. Sepanjang jalan pulang, ia mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.

Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.


1 komentar:

  1. bener2 terharu setelah baca kisah2 di atas.
    Di sini menceritakan karakter seorang ayah yang kuat dan tokoh Jack yang sebelumnya memikirkan kepentingannya sendiri dengan menerobos lampu merah, namun menjadi peduli dengan keselamatan orang lain atas pengalaman hidup Bob yang mengharukan dan menegur perilakunya yang kurang baik.

    kisah2 di atas bermanfaat untuk dibaca cz jg mampu merefleksikan diri setelah membacanya.

    -salam cinta dari amoure-

    BalasHapus